Thursday 2 November 2017

Setan Berusaha Menghalangi Manusia untuk Menyadari dan Berbuat Kebaikan


Tadabbur Surat Al Baqarah Ayat 44

۞أَتَأۡمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلۡبِرِّ وَتَنسَوۡنَ أَنفُسَكُمۡ وَأَنتُمۡ تَتۡلُونَ ٱلۡكِتَٰبَۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ ٤٤ 

44. Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir


Asbabun Nuzul
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ayat ini turun berkenaan dengan segolongan Yahudi di Madinah. Di antara mereka ada yang berkata kepada saudara kandung, kerabat, dan saudara-saudara sesusunya dari kaum muslimin agar mereka tetap dalam agama Muhammad yang telah dianutnya dan menaatinya. Mereka menyuruh orang Iain, tetapi diri mereka tidak melakukannya. (Lubabun NuquI: 9)


Khazanah Pengetahuan

Setan Berusaha Menghalangi Manusia untuk Menyadari dan Berbuat Kebaikan


Di dalam Al-Qur‘an, Allah mengatakan bahwa setan sangatlah kufur dan suka melawan. Kita juga belajar dari AI-Qur‘an bahwa setan akan mendekati manusia dari setiap arah dan ia akan berusaha dengan segala cara untuk membawa manusia kepada kebejatan moral. Metode yang paling sering dilakukan setan dalam rencana jahatnya adalah menghalangl manusia dari melihat kebaikan dalam segala peristiwa yang menimpanya.

Dengan cara demikian, ia juga berusaha untuk menyesatkan manusia kepada pemberontakan dan kekufuran. Orang yang tidak mampu memahami keindahan akhlak Al Qur‘an akan jauh dari ajaran Islam dan mereka yang menghabiskan hidup mereka untuk mengejar kesiasiaan dan melupakan akhirat akan mudah jatuh ke dalam perangkap setan.

Seseorang harus melatih kesabarannya supaya ia dapat berusaha melihat kebaikan dalam semua peristiwa, untuk menunjukkan ketundukan dan kepercayaannya kepada Allah. Ketidakmampuan untuk melatih kesadaran seseorang hanya akan membawa kepada sikap yang salah (Iihat QS Al-Baqarah, 2: 268, Al-A’r'af, 7: 200-201).

”Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya kepadamu. Dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui." (QS AI-Baqarah, 2: 268). (Harun Yahya, Melihat Kebaikan di Segala Hal, 2004).


Tafsir At Tabari

Pada dasarnya para ahli tafsir sepakat bahwa (Mengerjakan kebajikan) berarti segala bentuk ketaatan kepada Allah Namun, ketaatan macam apa yang dimaksud kata (Mengerjakan kebajikan) dalam ayat ini? Para ahli tafsir berbeda pendapat; Menurut lbnu 'Abbas, (Mengerjakan kebajikan) dalam ayat ini adalah iman kepada Nabi Muhammad saw., masuk agamanya dan mengikuti ajarannya. Sedangkan menurut lbnu Juraij adalah shalat dan puasa. Adapun menurut As Saddi adalah taat kepada Allah. Sedangkan menurut Qatadah adalah taat dan takwa kepada Allah serta berbuat kebaikan.

Walaupun para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai makna kata (Mengedakan kebajikany) dalam ayat ini, menurut At Tabari, semuanya sepakat bahwa ayat ini merupakan teguran kepada kaum (Bani lsrail dan kaum mana pun termasuk Umat Isiam) yang menyuruh manusia kepada perkataan dan perbuatan yang diridhai AIIah, tapi mereka melupakan diri sendiri. Karena Itu menurut Ibnu Juraij sudah sepatutnya yang menyeru kepada kebaikan untuk terIebih dahulu mengamaikan.

Kalimat (Tidakkah kamumengerti?) pada akhir ayat ini adalah ceIaan, terhadap Bani lsrail, karena menyuruh orang Iain berbuat kebaikan, padahaI mereka sendiri tidak melakukan. Mereka meIarang orang Iain berbuat keburukan, tapi mereka sendiri suka meIakukan. Mereka menyeru manusia agar beriman kepada Nabi Muhammad dan tisaIahnya, namun mereka sendiri mengingkari. Tidakkah mereka menyadari betapa buruknya perbuatan itu. (Tafsir At-Tabari Jilid 1, 2001: 613-617)


Tafsir Ibnu Kasir


Dalam ayat ini Allah Swt. menegur Ahlul Kitab yang selalu memerintahkan kebaikan, tetapi tidak pernah melakukannya. Mereka telah memahami kebenaran yang dianjurkan Allah Swt., lalu mereka menyerukannya kepada orang lain tetapi mereka justru melakukan pembangkangan terhadap Allah Swt. Mereka lbarat orang buta tetapi memerintahkan orang lain untuk melihat.

Abdurrazzaq meriwayatkan dari Qatadah bahwa dalam ayat ini, Bani lsrail memerintahkan orang lain untuk selalu bertakwa kepada Allah Swt. dan melakukan kebaikan, Akan tetapi mereka sendiri tidak konsisten dengan ucapan mereka ltu. As-Saddi dan lbnu Juraij menegaskan Ahlul Kitab dan kaum munafik memerintahkan umat manusia agar menunaikan shalat, puasa, zakat, dan selalu menyerukanagar beramal shaleh, namun mereka sendiri tidak melakukan semua itu.

Muhammad bin lshaq meriwayatkan dari lbnu ’Abbas bahwa mereka justru lalai dan melupakan keadaan diri mereka yang telah melakukan pembangkangan terhadap syariat Allah SWT. Mereka mengingkari kenabian dan melanggar syariat yang ada dalam kitab Taurat. lntinya, mereka tidak konsisten dengan seruan mereka kepada orang lain. Dengan ayat ini, Allah Swt. mengecam tindakan yang mereka lakukan yang selain menyerukan amar makruf, tetapi mereka sendiri tidak membenahi sikap mereka. Melakukan amar maruf nahi mungkar adalah perbuatan mulia, tetapi menjadi tercela jika orang yang melakukannya tersebut justru meiakukan pembangkangan terhadap syariat yang mereka serukan (Al-Misbah Al-Munir fi Tahzib Tafsir lbnu Kasir, 1999: 46-47)


Hadis Shahih


Dari An Nawwas bin Sam'an, Ia berkata "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan? Beliau menjawab "Kebajikan itu adalah akhlak yang mulia sedang, dosa itu adalah apa yang berada di dalam dadamu sedang kamu merasa benci orang-orang mengetahuinya." (HR Muslim, 4632)

0 comments:

Post a Comment