Sunday 29 October 2017

Orang yang Beriman dengan Sempurna Tidak Pernah Putus Asa | Tadabbur Al Hijr Ayat 56



Surat Al Hijr Ayat 56

قَالَ وَمَن يَقۡنَطُ مِن رَّحۡمَةِ رَبِّهِۦٓ إِلَّا ٱلضَّآلُّونَ ٥٦ 

56. Ibrahim berkata: "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat"


Khazanah Pengetahuan

Orang yang Beriman dengan Sempurna Tidak Pernah Putus Asa


Orang yang beriman hendaknya bersabar dalam doanya. Sebagaimana dikatakan ayat, ”Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu Sungguh berat kecuali bagi orang orang yang khusyuk." (QS Al Baqarah, 2: 45). Kepasrahan mereka kepada Allah dan kepercayaan yang mereka taruh kepada-Nya menyebabkan kesabaran dan tekad sedemikian. Mukmin merasa yakin bahwa Allah pasti akan mengabulkan doanya. Ia tidak pernah berputus asa dan terus memohon kepada-Nya.

"Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir." (QS Yusuf, 12: 87)

Orang yang beriman sempurna menakuti Allah dan berdoa kepada-Nya dengan penghormatan dan kesabaran besar. Ia berdoa kepada Tuhannya di setiap saat, pada waktu dan tempat yang tidak diperkirakan, mukmin menyisihkan waktu untuk berdoa kepada Tuhan-Nya dengan sungguh-sungguh.

Bahkan, dalam saat-saat tersibuknya, ia mencari perlindungan dari-Nya, bermohon kepada-Nya dan meminta petunjuk-Nya. la melakukan semua ini karena mengetahui inilah cara termudah untuk lebih mendekat kepada Allah untuk meraih ridha dan surga-Nya. Tidak ada penghalang yang akan mencegah orang seperti dia dari lebih mendekat kepada Penciptanya. Allah hanya menginginkan hamba hamba-Nya berpaling kepada-Nya dengan hati yang tulus.

Mereka yang beriman sempurna adalah mereka yang benar-benar meresapi bahwa dunia ini adalah tempat yang dirancang khusus untuk menempatkan manusia ke dalam cobaan. Mereka juga benar-benar mengetahui bahwa gagasan "kesusahan" diciptakan untuk membedakan antara "orang-orang yang sungguh-sungguh beriman" dan "orang-orang yang di hatinya ada penyakit”.

Masa-masa susah dan masalah adalah saat-saat penting bagi makhluk yang memungkinkan mereka mem-buktikan ketulusan mereka dalam beriman. Karena itu, berlawanan dengan makna biasanya, "kesusahan" sungguh-sungguh "nikmat" bagi orang yang beriman sempurna. (Harun Yahya, Iman yang Sempurna, 2005)


Tafsir At Tabari

Allah menjelaskan dalam ayat ini bahwa tamu yang datang ke Ibrahim itu berkata, ”Kami membawa kabar gembira untukmu dengan sesuatu yang pasti. Dalam Pengetahuan kami, Allah akan menganugerahimu seorang anak lelaki maka janganlah kamu termasuk orang-orang putus asa dari keutamaan Allah. Bergembiralah dari kabar yang kami bawa ini."

Di ayat selanjutnya Allah menegaskan, (Tidak ada yang berputus asa dari rahmat tuhan-Nya, kecuali orang yang sesat). (Tafsir At-Tabari, Jilid XIV, 2001: 84-85)


Tafsir Ibnu Kasir

Disebutkan bahwa lbrahim merasa takut kepada mereka karena mereka tidak mau menyentuh makanan yang dihidangkan oleh lbrahim kepada mereka, yaitu daging anak sapi yang dipanggang. Ketika mereka melihat lbrahim merasa takut, "Mereka berkata, 'Janganlah engkau merasa takut, sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang pandai (Ishaq).'” Hal itu sebagaimana telah dijelaskan didalam surah Hud.

Mendengar berita tersebut, Nabi lbrahim terkejut mengingat usia dia dan istrinya telah tua, dan ia ingin memastikan berita gembira itu. Mereka memberikan jawaban untuk menguatkan kabar gembira yang mereka sampaikan kepada ibrahim dalam ayat sebelum ayat ini sebagai berikut.

(Mereka menjawab, ”Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah engkau termasuk orang yang berputus asa. " Dia (Ibrahim) berkata, 'Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang yang sesat"). (AI Misbah AI-Munir fi Tahzib Tafsir Ibnu Kas‘ir, 1999: 567).


Hadits Sahih
Dari Anas bin Malik ra., dia berkata, Rasulullah saw. bersabda, "SungguhAllah akan lebih senang menerima tobat hamba-Nya ketika ia bertobat kepada-Nya daripada (kesenangan) seorang di antara kamu sekalian yang menunggang untanya di tengah padang luas yang sangat tandus, lalu unta itu terlepas membawa lari bekal makanan dan minumannya dan putuslah harapannya untuk memperoleh kembali. Kemudian dia menghampiri sebatang pohon, Ialu berbaring di bawah keteduhannya karena telah putus asa mendapatkan unta tunggangannya tersebut Ketika dia dalam keadaan demikian, tiba-tiba ia mendapati untanya telah berdiri di hadapan. Lalu, segera ia menarik tali kekang unta itu sambil berucap dalam keadaan sangat gembira: Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhan-Mu. Dia salah mengucapkan karena terlampau merasa gembira." (HR Muslim, 4932)

0 comments:

Post a Comment