Saturday 28 October 2017

Kaum yang Mengingkari Janji Kepada Allah | Tadabbur Ayat: Surat Al Baqarah Ayat 83



Oleh: Muhamad Afif Sholahudin

Qur'an Surat Al Baqarah Ayat 83

وَإِذۡ أَخَذۡنَا مِيثَٰقَ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ لَا تَعۡبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَانٗا وَذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَقُولُواْ لِلنَّاسِ حُسۡنٗا وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ ثُمَّ تَوَلَّيۡتُمۡ إِلَّا قَلِيلٗا مِّنكُمۡ وَأَنتُم مُّعۡرِضُونَ ٨٣ 

83. Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling


Munasabah Ayat

Bani Israil Mengingkari Janjinya Kepada Allah.


Ayat-ayat yang lalu menjelaskan perbuatan kotor Bani lsrail yang memutarbalikkan isi Taurat dan mengakibatkan kerusakan agama mereka. Dalam ayat ini dijelaskan lagi kejahatan-kejahatan mereka yang lain, yaitu meninggaikan kewajiban agama dan melakukan tindakan yang melanggar hukum". (QS AlBaqarah, 2:83)


Asbabunnuzul


Ibnu 'Abbas mengatakan bahwa ayat ini turun berkaitan dengan Ahli Kitab, tepatnya para pendeta Yahudi yang mendapati dalam kitab Taurat mereka bahwa sifat-sifat nabi itu matanya bercelak, berambut keriting, dan berwajah tampan. Sifat sifat ini sesuai dengan fisik Rasulullah saw. Namun, mereka mengubahnya dengan mengatakan bahwa dalam Taurat mereka hanya tertulis orang yang berperawakan tinggi dan berambut lebih kesukuan. (Lubabun Nuqul: 10)


Khazanah Pengetahuan

Kaum-Kaum yang Mengingkari Janji terhadap Allah


Berita-berita tentang kaum terdahulu yang merupakan bagian penting dalam Al-Qur'an, jelas-jelas merupakan hal yang patut kita renungkan. Sebagian besar dari kaum ini mengingkari, bahkan memusuhi para nabi yang diutus kepada mereka. Kelancangan mereka mengundang kemurkaan Allah dan mereka pun disapu bersih dari muka Bumi.

Al-Qur'an menjelaskan bahwa peristiwa-peristiwa menghancurkan ini hendaknya menjadi peringatan bagi generasi berikutnya. Sebagai contoh, Allah langsung menyampaikan firman-Nya setelah penggambaran hukuman atas sekelompok Yahudi yang menentang Allah.

”Maka Kami jadikan (yang demikian) itu peringatan bagi orang-orang pada masa itu dan bagi mereka yang datang kemudian serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. ” (QS Al-Baqarah, 2: 66)

Dalam banyak sumber, kita dapat menelaah masyarakat-masyarakat masa lampau yang telah dihancurkan karena penentangan mereka terhadap Allah. Sorotan atas semua peristiwa tersebut, masingmasing merupakan contoh bagi manusia pada masa itu dan kini sehingga semuanya dapat menjadi sebuah "peringatan".

Selain itu, penghancuran kaumkaum tersebut adalah untuk menunjukkan bahwa apa yang diungkapkan Al-Qur'an benar-benar terjadi di dunia dan membuktikan keotentikan cerita-cerita dalam Al-Qur'an. Di dalam Al-Qur'an, Allah menjamin bahwa ayat-ayat-Nya dapat diamati pada konteks dunia luar. (Harun Yahya, Jejak Bangsa-Bangsa Terdahulu, 2007)


Tafsir At Tabari


Kata (Mengambil janji) dalam ayat ini ada-lah perjanjian yang Allah ambil dari Bani lsrail pada zaman Nabi Musa a.s. yaitu (1) hendaknya mereka ikhlas terhadap Allah dan tidak akan menyembah selain Dia, demikian kata Abu 'Aliyah; (2) Berbuat baik kepada kedua orang tua seperti berkata lembut, berbuat menyenangkan, bersikap santun, dan mendoakan kebaikan bagi mereka; (3) Menyambung silaturahmi dengan karib kerabat, bersikap lembut dan sayang kepada anak yatim, memberi orang-orang miskin hak-hak mereka sewajarnya; (4) Mengucapkan perkataan yang baik kepada manusia. Maksud (Bertutur katalah yang baik) adalah mengajak manusia mengucapkan "Tiada Tuhan selain Allah". Juga termasuk perkataan baik jika berbicara kepada manusia dengan sopan santun dan akhlak mulia. Demikian kata Ibnu 'Abbas. Adapun menurut Sufyan Al Tsauri maksud perkataan baik di sini adalah amr-ma'ruf nahi munkar; (5) Menunaikan shalat dengan menyempurnakan rukuk dan sujudnya, memelihara kekhusyukannya, dan memahami bacaannya, serta menegakkan nilai-nilainya dalam kehidupan, serta menunaikan zakat tentu saja sesuai dengan syariat mereka saat itu. Demikian kata lbnu 'Abbas. Bani lsrail pada masa Nabi Musa mengabaikan perjanjian itu, dan demikian pula kelakuan keturunan mereka pada zaman Nabi Muhammd saw. (Tafsir At-Tabari Jilid l, 2001: 187-198)


Tafsir Ibnu Kasir


Ayat ini menjelaskan, kaum Yahudi adalah kaum yang gemar melakukan pembangkangan terhadap syariat ilahi. Disebutkan dalam ayat sebelumnya bahwa mereka sebenarnya telah mengetahui kebenaran yang termaktub dalam kitab Taurat, tetapi mereka melakukan penyelewengan terhadap syariat kitab itu. Ditegaskan pula bahwa mereka diperintahkan untuk mengikuti syariat nabi sesuai dengan kitab yang dibawanya.

Ayat ini juga menyerukan kepada umat manusia agar senantiasa berbuat baik kepada orang tua, sanak kerabat, fakir, dan miskin. Semua itu kewajiban sosial yang harus ditunaikan. Dalam sebuah riwayat, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah, ”Wahai Rasulullah saw., perbuatan apa yang paling utama di sisi Allah Swt.?” Rasulullah saw. kemudian menjawab, "Shalat tepat pada waktunya, berbuat baik kepada kedua orang tua, dan jihad di jalan Allah.”
Kata (Anak-anak yatim) bermakna anak kecil yang belum bekerja dan tidak memiliki ayah. Kata (Orang-orang miskin) bermakna orang yang tidak memiliki bekal cukup untuk menghidupi diri dan keluarganya.

Kata (Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia) berarti perintah untuk berbicara yang baik dan sopan. Makna ini termasuk perintah melakukan amar makruf nahi mungkar. Hasan al-Bashri mengatakan, hendaknya amar makruf nahi mungkar dilakukan dengan baik sambil berinteraksi sopan. Allah Swt. menyertakan perintah berbuat baik dengan perintah shalat dan zakat. Ini berarti harus ada perpaduan antara perkataan dan perbuatan. (AI-Misbah AI-Munir fi Tahzib Tafsir lbnu Kasir, 1999: 60)


Hadis Shahih


Hadis riwayat Abu Waqid. Al-Laitsi r.a., "Bahwa ketika Rasulullah saw. sedang duduk dl masjid bersama para sahabat, tiba-tiba muncullah tiga orang. Yang dua orang datang menghampiri Rasulullah saw. sedangkan yang satu lagi berlalu pergi. Kemudian, keduanya berdiri di hadapan Rasulullah saw. lalu yang satu melihat tempat kosong di antara lingkaran orang maka duduklah ia di sana. Adapun yang seorang lagi duduk di belakang mereka. Sementara itu, orang yang ketiga telah pergi. Setelah Rasulullah saw. selesai, beliau bersabda, "Tidak inginkan kalian aku beri tahukan tentang ketiga orang tadi? Seorang di antara mereka teIah berlindung kepada Allah, maka Allah memberikan perlindungan kepadanya. Sedangkan yang lain malu, maka Allah pun malu kepadanya. Adapun Orang yang ketiga ia telah berpaling, maka Allah pun berpaling darinya.'“ (HR Muslim, 4042)

0 comments:

Post a Comment