Thursday 26 October 2017

Babak Baru Dakwah, Dibayang-bayang Ancaman UU Ormas



Sah sudah Perppu Ormas yang hangat ditolak oleh kebanyakan umat Islam di Indonesia. Kemunculannya yang politis memaksakan kehendak pemerintah untuk ‘balas dendam’ atas kegoncangan pemerintahan dibalik kejadian penistaan agama kemarin. Namun terbitnya UU Ormas yang baru justru menampilkan banyak kesalahan fatal, seperti hilangnya elemen penting dalam pembubaran ormas, yakni: dialog, klarifikasi, peringatan-peringatan, dsb.

HTI sebagai salah satu ormas yang konsisten menyuarakan ‘khilafah’ dalam dakwahnya dibidik sebagai korban pertama tindakan represif pemerintah. Alasan yang dibangun karena ajaran ‘khilafah’ tidak sesuai dengan dasar negara pancasila. Alih-alih pemerintah ingin dilihat tegas, namun justru pemerintah malah menunjukkan ketidakjelasan sikap. Pengertian dari 'segala sesuatu yang bertentangan dengan pancasila' masih belum jelas, karenanya tafsiran pancasila yang dipegang pemerintah bisa menjadi kesewenang-wenangan pemerintah men-judge sebuah kelompok anti pancasila.

Khilafah tetap akan menjadi bagian dalam ajaran Islam di bidang siyasah (politik). Dilarangnya dakwah khilafah bukan berarti menghapus sebagian ajaran Islam, sebab ajaran Islam yang sempurna tidak ada yang bisa menghapus atau merubahnya. Tegaknya khilafah bagian dari janji Allah SWT, maka seberat apapun dihalangi perjuangannya pada akhirnya akan kembali tegak. Hanya saja mereka yang bersama dalam perjuangan akan dinilai pahala, sedangkan mereka yang diam bahkan menghalangi akan sia-sia.

Pada dasarnya mereka yang menghalangi jalan dakwah, awalnya Allah berikan kekuasaan dan keindahan dunia, lalu dari keindahan itu menyombongkan dirinya untuk menolak datangnya kebesaran Islam. Allah berikan kesempatan Namrud menjadi raja, bahkan karena kecerdasan berpikirnya menjadikan dia ingin diakui sebagai tuhan. Tapi datangnya Nabi Ibrahim as justru menghancurkan kekuasaan Raja Namrud. Begitu pula Allah berikan kesempatan Fir’aun menjadi raja dan dipuja kaumnya sebagai tuhan. Tapi datangnya Nabi Musa as membawa kebesaran Islam justru menghancurkan kekuasaan besar Fir’aun. Sejatinya takkan ada artinya dihadapan Allah saat kebesaran Islam sudah datang, setinggi apapun kekuasaan pemerintah namun saat perannya justru menghalangi dakwah Islam pada akhirnya akan hancur juga.

Sesungguhnya UU Ormas yang terbaru menunjukkan kekejamannya terhadap aktivis Islam. lihat bagaimana hukuman bagi yang ditangkap selama 5 sampai 20 tahun penjara atau seumur hidup, lebih kejam dbanding hukuman seorang penista agama yang hanya sampai 5 tahun saja. Tentu orang akan ketakutan, karena yang dimaksud melanggar bisa karena tindakan secara langsung ataupun tidak langsung.

Era sudah berganti, umat Islam semakin ditekan dan ruang aspirasi semakin dipersempit. Organisasi kritis dibubarkan, mahasiswa kritis ditangkap, maka benar bahwa UU Ormas yang baru disahkan sejatinya lebih kejam dibanding masa orde lama dan orde baru. Buya Hamka ditangkap di era soekarno karena dituduh pengkhianat negara. Faktanya, Buya Hamka hanya hidup layaknya ustadz di tengah-tengah masyarakat sambil mengajarkan ilmu agama apa adanya. Tapi tuduhan demi tuduhan dilancarkan demi menangkap sosok ustadz yang memegang kunci kebangkitan umat.

Sekarang, tak cukup para ulama dikriminalisasi. Mereka sadar ulama di Indonesia banyak, menangkap yang satu akan bermunculan ulama yang lain, bahkan memicu kemarahan yang lebih besar. Karenanya mereka menyerang langsung ajaran Islamnya supaya banyak pengikutnya jauh (phobia) terhadap agamanya. Dibuatlah stigmatisasi radikalisme terhadap mereka yang berjuang atas nama agama. Dibuatlah praktik terorisme terhadap mereka yang bertindak kekerasan atas nama Islam. dibuatlah label fundamentalis terhadap mereka yang menginginkan penerapan aturan Islam. dengan kekuasaannya mereka akan terus menyerang Islam supaya perjuangannya direndahkan.

Islam tidak pernah kehabisan pejuang. Suatu saat sebagian pejuang merasa mundur dan lelah dengan kenikmatan dunia, maka Allah akan gantikan mereka dengan pejuang yang lebih hebat dan lebih banyak. Perjuangan Islam karena kebutuhan para pejuangnya, bukan karena kerendahan agamanya. Mereka yang bertahan yang layak disebut pejuang sejati, sebab keikhlasan, kehebatan, dan keberanian akan diraih oleh mereka yang istiqomah dalam perjuangan Islam.

0 comments:

Post a Comment