Thursday 29 December 2011

Dakwah Itu Wajib!


“Wahai paman, demi Allah, apabila mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku menghentikan dakwahku, aku tidak akan menghentikannya sampai Allah memberikan kemenangan atau aku mati karenanya” (Al Hadits)

Setangguh karang, seganas ombak. Itulah didikan guru besar manusia, teladan kita, Rasulullah Muhammad SAW. Dengan keyakinan yang mantap rasulullah terus melakukan dakwah menawarkan islam kepada setiap manusia. Dakwah adalah jalan hidup yang telah digariskan Allah kepada setiap mukmin. Dakwah adalah tugas yang mulia, tugas yang dibebankan kepada para nabi dan Rasul. Namun, setelah Nabi terakhir Muhammad SAW wafat maka tugas dakwah ini dibebankan kepada ummatnya yang beriman dan bertaqwa.

Tidak mundur sedikit pun dari medan perjuangan dan tidak gentar menghadapi musuh-musuh Allah yang akan menghancurkan.

“Demi dzatku yang jiwaku berada ditanganNya, engkau harus memerintahkan kebaikan dan melarang kemungkaran atau Allah akan menurunkan hukuman kepadamu, kemudian engkau berdo’a kepadaNya tapi Allah tidak mengabulkan kepadamu” (HR. Tirmidzi)

Sungguh terbukti sabda baginda Rasulullah, ketika ummat ini meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar, musibah dan mala petaka silih barganti menimpa ummat manusia seluruhnya termasuk orang-orang yang sholih. Doa-doa yang terpanjat belum terkabulkan karena syarat-syaratnya tidak terpenuhi yaitu berdakwah ditengah kerusakan.

Dakwah bukanlah hal yang remeh dan sepele. Banyak mukmin lari dari kewajiban ini karena merasa dirinya masih rusak sehingga dengan alasan memperbaiki diri, lari dari amar ma’ruf nahi munkar. Bukankah ketika kewajiban itu telah ditetapkan Allah maka kita sekuat tenaga untuk menunaikannya. Ketika sholat wajib maka kita harus bersegera mengerjakan. Otomatis kita harus belajar agar tidak salah dalam melakukan tata cara sholat. Ketika kita dapati meninggalnya seorang muslim maka kita juga harus menguburkannya dengan cara Islami, otomatis kita harus belajar untuk menunaikan penguburan dengan cara islami. Apa bedanya dengan dakwah?

Dakwah hukumnya wajib. Tiada bedanya dengan kewajiban yang lain. Janganlah kalah dengan hawa nafsu sehingga kita mengira bahwa kita belum layak untuk berdakwah.

Coba lihat Abu Dzar Al-Ghifari hanya sebentar ketemu Rasulullah, dan ilmunya juga belum seberapa tentang Islam kecuali hanya keimanan yang tertancap di dada. Tetapi, berhasil mengajak seluruh kaumnya untuk berislam.

Saudaraku, jangan beralasan dan cari-cari alasan dalam menunaikan kewajiban karena kita pasti akan ditanya Allah tentang kewajiban tersebut. Jangan alasan harta, keluarga, kesempatan, ilmu yang minim, pekerjaan, wanita (pria) kemudian menyurutkan kita dari medan dakwah. Sesungguhnya semua itu adalah ujian dalam perjalanan hidup kita.

Layaklah Hamzah disebut pemimpinnya para syuhada’, sepak terjangnya dalam membela Islam mengantarkannya ke medan perang hingga tubuhnya terkoyak, hidung dan telinganya terpotong. Dia korbankan nyawanya di jalan dakwah. Layaklah Abdurrahman bin Auf menjadi ahli jannah, dengan harta, tenaga dan pikirannya ia perjuangkan Islam.

Sudah layakkah kita mengharap sebaik-baik balasan Allah?

Jika hanya karena kerja, harta, dan wanita (pria) kita meninggalkan dakwah.

Sekali lagi, sungguh tidak layak sebagai mukmin yang bertaqwa jika kita tidak turut dalam perjuangan dakwah, hanya berpikir diri sendiri (egois), tidak mau mengorbankan apa yang kita punya untuk perjuangan Islam. Setiap kewajiban pasti ada ujian dan dibutuhkan pengorbanan.

Wednesday 28 December 2011

Negeri Sejuta Koruptor


Sungguh enak jadi koruptor di Indonesia, bisa mendapatkan uang banyak namun hanya mendapatkan sedikit hukuman, sehingga rakyatnya berlomba jadi koruptor! * + + + Ada benarnya, seperti yang dikatakan bahwa sungguh enak dan nyaman menjadi koruptor di Indonesia. Bisa meraup uang negara sebanyak-banyaknya dan kemudian menerima hukuman yang seringan-ringannya. Setelah menguras uang rakyat dan uang ditangan, maka bisa digunakan untuk membeli aparat hukum. Para koruptor dihukum dengan hukuman apa adanya hanyalah untuk membohongi publik. Bagaimana tidak enak jadi koruptor di Indonesia, hukuman yang seharusnya membuat pelaku kejahatan menjadi jera, malah dipermainkan dan

hukumannya menjadi menyenangkan. Sudah dihukum seadanya, kemudian dengan mudahnya mendapatkan diskon masa hukuman besar-besaran berupa remisi, dan berbagai macam fasilitas yang nyaman. Benar-benar enak tenan jadi koruptor di Indonesia! Sepertinya para koruptor memang mendapatkan perlakuan istimewa dari negara. Tak heran kasus korupsi semakin merajalela di negeri ini. Sebaliknya orang-orang yang mempunyai hati untuk menjadi penggerak pemberantas korupsi justru bisa mendapatkan perlakuan yang tidak enak dan siap-siap harus menjadi kambing hitam untuk dijebloskan ke penjara. Bila dengan kondisi yang demikian enaknya jadi koruptor disini, tentunya hampir setiap orang menjadi tertarik untuk segera menjadi koruptor. Siapa yang tidak mau mempunyai banyak uang tanpa harus menguras keringat? Sedangkan orang yang hendak memberantas korupsi justru akan selalu dalam tekanan dan bahkan ancaman. Jadi sementara ini keinginan pemimpin kita untuk memberantas korupsi baru berupa slogan, buktinya kasus korupsi terus meningkat. Sementara ini, para koruptor masih bisa tertawa lepas dan dengan nikmat bisa menikmati hasil korupsi bersama-sama keluarga. Mungkin sebentar lagi, negara kita Indonesia, akan meraih peringkat nomor satu dalam hal korupsi, bila keadaan ini terus berlangsung.